Sabtu, 07 Juni 2014

Karakterisasi Reservoir - Pengantar

Karakterisasi Reservoir adalah proses secara kualitatif dan/atau kuantitatif karakter suatu reservoir dengan meggunakan semua data yang tersedia. Sedangkan Karakterisasi Reservoir Seismik adalah proses pendeskripsian secara kualitatif dan/atau kuantitatif karakter suatu reservoir dengan menggunakan data seismik sebagai data utama. Data pendukung yang digunakan antara lain core data, mud log, wireline log, dll









Gambar dari atas ke bawah: penampang seismik, wireline log, rock cores, mud log.

Di dalam karakterisasi reservoir terdapat 3 bagian di dalamnya, yaitu:
1. Delineasi : Pendefinisian geometri, sesar-sesar dan perubahan fasies yang dapat mempengaruhi produksi reservoir tersebut.
2. Deskripsi : Pendefinisian sifat-sifat fisik reservoir, seperti porositas, impedansi akustik, modulus bulk, Sw, So, Sg, dll.
3. Monitoring : Pemantauan kondisi reservoir dengan adanya penambahan data primer dan/atau sekunder.

Secara umum parameter karakter reservoir meliputi hal-hal berikut:
1. Distribusi besar butir dan pori
2. Porositas dan permeabilitas reservoir
3. Distribusi fasies
4. Lingkungan pengendapan
5. Deskripsi cekungan beserta tubuh reservoir
Untuk poin ke 2 hingga ke 5 dapat digambarkan pada penampang seismik (seismic section) dan peta distribusi (distribution map).

Sehingga tujan dari karakterisasi reservoir untuk pengelolaan reservoir yang mana memaksimalkan nilai ekonomis suatu reservoir dengan mengoptimasi perolehan minyak/gas serta meminimalkan investasi modal dan biaya operasi.

Lima Tujuan Dasar Strategi Pengembangan oleh Pengelola Reservoir :
1. Meminimalkan biaya pengembangan lapangan / jumlah sumur
2. Optimasi cadangan total
3. Optimasi perolehan produksi
4. Menurunkan biaya operasi lapangan yang dikembangkan
5. Meningkatkan perolehan bila ada justifikasi ekonomis

Dua Tantangan Utama yang Dihadapi Pengelola Reservoir :
1. Karakterisasi sedini dan seakurat mungkin parameter reservoir meliputi volumetrik, sifat fluida, litologi, dan kontinyuitas.
2. Tingkatan teknik reservoir sedemikian rupa sehingga lapangan dapat dimonitor seakurat mungkin dan dikelola secara efisien.

Tujuh Masalah Utama Strategi Pengembangan oleh Pengelola Reservoir :
1. Bagaimana geometri eksternal reservoir dan kemenerusan internal dari ruang pori dan fluida?
2. Apakah reservoir secara natural memiliki daya dorong air? Bila ya, bagaimanakah geometri akuifer, kemenerusannya dan kekuatannya?
Di dalam Trap yang terdapat fase gas, minyak, dan air akan memudahkan dalam hal produksi. Pertama diambil gas terlebih dahulu sebagai zat yang paling kecil densitasnya yang mudah naik, air yang ada di dalam trap berguna untuk mendorong minyak. Untuk menambahkan daya dorong dilakukan injeksi air ke dalam trap tersebut. (baca wettability)
3. Dimana posisi penempatan sumur dan Platform terbaik?
4. Bagaimana desain penyelesaian dan perforasi sumur?
5. Apakah perolehan (recovery) lebih baik bila memakai perpindahan air atau gas?
6. Apakah dan bilamanakah diperlukan injeksi gas atau air?
7. Apakah proses EOR (enhanced oil recovery) diperlukan dan kapan?

Data Utama yang Dipakai dalam Karakterisasi Reservoir Seismik :
1. Data Seismik : Gather, Pre-Stack, Pos-Stack, Enhancement, dll.
2. Data Sumur/Pemboran : Wireline Log, Mud Log, Data Core, dll.
3. Data Engineering : Data Produksi, DataTekanan Formasi, dll.
4. Data Pendukung : Data geologi lokal dan regional
Masing-masing data tersebut memiliki kekuatan dan kelemahan, khususnya data seismik dan data sumur yang mempunyai perbedaan dalam hal skala dan domain parameter. Sehingga perlu dilakukan korelasi antara data seismik (domain waktu) dengan data sumur (domain kedalaman) dengan well to seismic tie.

Metode Seismik Utama dalam Karakterisasi Reservoir :
1. Analisis Seismik Stratigrafi dan System-tract : delineasi Geometri, Korelasi dan Klasifikasi Reservoir.
2. Analisis Seismik Inversi : Delineasi Geometri, Korelasi dan Deskripsi Sifat Fisik Reservoir.
3. Analisis Seismik Atribut : Delineasi Geometri, Korelasi dan Deskripsi Sifat Fisik Reservoir.
4. Analisis AVO/AVA atau AFI : Deskripsi Sifat Fisik Reservoir

Referensi:
Alamsyah, M.N. (2013). Modul Kuliah Karakterisasi Reservoir. Universitas Brawijaya.
Sukmono, S. et all. (2001). Karakterisasi Reservoir Seismik. Institut Teknologi Bandung.
http://www.geomore.com/rock-cores/



Jumat, 06 Juni 2014

Sifat Kebasahan Batuan - Wettability

Sifat Kebasahan (Wettability)
Wettability adalah istilah untuk menjelaskan adesi relatif dua buah fluida terhadap sebuah permukaan benda padat. Pada media berpori yang terisi dua atau lebih fluida yang tidak dapat bercampur (immiscible), wettability adalah sebuah pengukuran fluida mana yang dapat membasahi (menyebar atau menempel) permukaan. Pada sistem water-wet (basah air) batuan yang terisi minyak dan air, air akan menempati pori-pori terkecil dan membasahi sebagian besar permukaan pada pori-pori yang lebih besar. Pada area yang memiliki saturasi minyak (oil saturation) yang tinggi, minyak yang ada akan tertahan di atas air yang membasahi dan  menyebar pada permukaan. Jika permukaan batuan cenderung water wet dan batuan tersebut jenuh minyak, air akan mengisi pori-pori terkecil, menggantikan minyak apabila sistem tersebut dimasuki air.
Gambar 1. ilustrasi keadaan pori-pori batuan terkait karakteristik wettability (Source: Schlumberger)

        Jika permukaan batuan cenderung oil-wet (basah minyak), maka akan dijenuhi oleh air, minyak akan masuk dan membasahi pori-pori terkecil menggantikan air. Sehingga, sebuah batuan yang dijenuhi oleh minyak berarti water-wet (basah air) dan sebaliknya jika batuan dijenuhi oleh air berarti oil-wet. Wettability dari sebuah sistem dapat diklasifikasikan dalam jangkauan sangat water-wet ataupun oil-wet tergantung pada interaksi air-minyak dengan permukaan batuan. Jika tdak menunjukkan adanya kecenderungan kebasahan dari fluida-fluida tersebut, maka dikatakan sistem tersebut neutral wetability atau intemediate wettability (ada yang mngatakan mixed wetability), yaitu terbasahai oleh kedua fluida sebesar 50%/50%. Wettability juga dapatterjadi secara fraksional, yaitu tidak seragam di seluru permukaannya. Hal seperti ini terjadi jika permukaan tersebut  memiliki sifat kimia yang berbeda. Sehingga pengaruh utama dalam wettability adalah sifat kimia bahan yang dibasahi.

Sudut Kontak (Contact Angle)
       Sebuah cairan yang kontak secara langsung dengan dinding sebuah wadah, misalnya tabung kapiler, antara cairan dengan permukaan benda padat tersebut akan membentuk suatu sudut sebesar θ, yang mana sebagai fungsi dari tegangan adesi relatif cairan tersebut dengan permukaan benda padat, yang mana sudut kontak tersebut diperoleh dari persamaan Young berikut:


Dimana: σso = tegangan permukaan antara benda padat dan minyak
          σsw = tegangan permukaan antara benda padat dengan air
         σwo = tegangan permukaan antara air dengan minyak

Gambar 2. Hubungan sudut kontak dengan tegangan permukaan sesuai dengan persamaan Young (Source: Donaldson)


Diasumsikan bahwa kecenderungan batuan basah air (water-wet) yang dijenuhi oleh 20% air dan 80% minyak. Pada kasus ini, tegangan adesi adalah positif (σso > σsw) dan sudut kontak kurang dari 90o. Jika core batuan yang basah air kontak dengan air, beberapa minyak akan secara spontan tumpah dari core sebanyak air yang masuk dan mengisi pori-pori hingga diperoleh keadaan kesetimbagan energi permukaan spesifik antara benda padat dan fluida (tegangan permukaan).


Pengukuran Sudut Kontak - Sessile Drop Method (SDM)
       Sessile drop method biasanya digunakan untuk mengukur secara langsung sudut kontak untuk menentukan kecenderungan kebasahan benda padat oleh minyak dan air. Secara halus, permukan yang homogen diperlukan untuk melakukan pengukuran ini, permukaan kuarsa yang telah digosok biasanya digunakan unutk melakukan pengukuran sudut kontak sistem air-minyak. Prosedurnya dapat dilihat pada gambar 3 berikut:
Gambar 3. Pengukuran sudut kontak dengan SDM


          Pada gambar 3 diatas, A, B, dan C menunjukkan pengukuran menggunakan tetesan air yang dikelilingi oleh minyak; dan D, E, dan F menunjukkan tetesan minyak yang dikelilingi oleh air. Sudut kontak diukurmellui fase yang lebih rapat. Gambar A, B, C mengilustraskan prosedur dimana plat padat tertutupi secara horisontal dibawah permukaan minyak murni dan setetes air terdapat di atas plat padat. Sebuah foto sistem tersebut diambil unuk pengukuran sudut kontak secara akurat. Dengan sudut kontak  diukur melalui fase yang lebih rapat. Prosedur kedua adalah sebuah plat ditutupi air secara horisontal dan terdapat tetesan minyak pada bawah plat (gambar 3, D, E, F). Sudut kontak diukur melalui fase air dan diterapkan analisis yang sama.
           Pada gambar 3 A, B, C, menunjukkan bahwa jika sudut kontak yang dibentuk oleh tetesan air kurang dari 90o (A)  maka plat tersebut besifat basah air (water-wet), apabila sama dengan 90o (B)  maka basah campuran / netral (neutral-wet / mixed wet), dan apabila lebih dari 90o (C) maka basah minyak (oil-wet).
           Pada gambar 3 D, E, F, menunjukkan bahwa plat pada sistem D bersifat basah air, sistem E bersifat basah campuran / netral, sedangkan sistem F bersifat basah minyak.

Aplikasi Konsep Wettability
        Sifat kebasahan suatu batuan dipengaruhi oleh komposisi kimia penyusunnya. Sehingga konsep ikatan unsur kimia sangat berpengaruh terhadap sifat kebasahan suatu permukaan batuan terhadap air ataupun minyak.

Litologi                     Wettability
Sandstone              Neutral-wet – Water-wet
Clay                              Neutral-wet
Carbonate              Neutral-wet – Oil-wet

             Terkait untuk keperluan eksplorasi maupun eksploitasi minyak bumi, maka formasi yang bersifat water-wet lebih mudah untuk dilakukan oil recovery. Hal ini disebabkan karena formasi yang bersifat water-wet memiliki saturasi minyak yang tinggi, yang artinya, air membasahi dan memenuhi pori-pori terkecil pada butir batuan dan minyaknya berada di atas air, yang mana minyak lebih mudah bergerak dan tumpah karena tidak ada gaya adesi terhadap permukaan batuan. Sehingga untuk oil recovery pada formasi dengan reservoir sandstone dilakukan dengan injeksi air ke dalam formasi tersebut. Dengan harapan menambah volume air dan mendorong minyak untuk keluar dan diproduksi.
             Untuk reservoir karbonat, yang mana bersifat oil-wet memerlukan enhanced oil recovery (EOR) dengan injeksi bahan kimia yang dimaksudkan mengubah struktur kimia permukaan batuan dan minyak tidak lagi membasahi permukaan batuan.


Atenuasi Gelombang Seismik

Gelombang seismik yang berasal dari sumber kemudian merambat ke bawah permukaan dan diterima oleh geophone mengalami banyak pelemahan. Faktor-faktor yang mempengaruhi kuat/lemahnya amplitudo gelombang seismik adalah:
1. Kekuatan sumber ledakan dan kopling antara sumber ledakan dengan medium
2. Spherical Divergence
3. Variasi koefisien refleksi terhadap sudut datang gelombang atau terhadap offset
4. Atenuasi dan absorbsi
5. Multipel
6. Hamburan gelombang oleh struktur runcing, dll

Gambar: Proses penjalaran gelombang seismik dari source menuju receiver (geophone). (Sumber gambar: Munadi)

Dari sekian banyak penyebab pelemahan amplitudo gelombang seismik yang diterima oleh geophone, pelemahan amplitudo akibat divergensi bola dapat dikuatkan kembali dengan koreksi TAR.